Rahim Pengganti

Bab 80 "Meninggalkan Semuanya"



Bab 80 "Meninggalkan Semuanya"

0Bab 80     
0

Meninggalkan semuanya     

"Kenapa Mas? Kenapa, haruskah aku mengalah untuk kalian berdua? Haruskah aku pergi, dengan sejuta rasa sakit ini," ucap Carissa dengan derai air mata yang mengalir. Carissa sudah tidak sanggup, wanita itu tidak kuat akan semua hal yang terjadi. Dengan perasaan campur aduk, Carissa membawa Melody dan dekapannya.     

Tanpa meminta izin kepada kedua orang yang sedang bergulat di atas tempat tidur, Carissa meninggalkan apartemen tersebut.     

Carissa langsung pergi menuju rumahnya, wanita sudah memikirkan semuanya, dirinya lebih baik pergi dan meninggalkan semuanya. Toh selama ini, dia hanya sebagai seorang wanita yang menjadi rahim Pengganti untuk kedua orang tersebut. Carissa pergi sembari membawa Melody, wanita itu tidak mau meninggalkan sang putri, cuma Bian yang harus dia ikhlas kan tapi untuk Melody tidak.     

"Ibu ... ibu mau kemana kenapa bawa koper besar seperti ini?" tanya Susi. Saat ini di dalam rumah hanya ada Susi, Mama Ratih sedang ada urusan keluar, sedangkan Bunda Iren sudah di dalam mobil bersama dengan Alan.     

"Bi. Maafkan saya, maaf jika saya ada salah dengan Bibi. Maafkan semua kesalahan saya. Saya pamit pergi ya bi," ucap Carissa sembari memberikan pelukan hangat kepada pembantu rumah tangganya itu. Bi Susi tidak mengerti dengan semua yang terjadi, perasaan buruk menghantui Susi.     

Dengan tidak rela bi Susi mengantar sang majikan pergi keluar. Air mata mengalir dengan sangat deras.     

"Semoga semua baik baik saja," ujarnya lalu masuk ke dalam rumah.     

***     

Bian mengendari mobil yang kecepatan tinggi, mendapatkan telpon dari bi Susi mengenai kepergian istrinya membuat jantung Bian berdebar dengan sangat cepat, pria itu berusaha untuk pulang dengan segera namun, keadaab seolah tidak memihak nya.     

Jalanan yang biasanya, tidak macet kali ini tiba tiba macet dengan sangat parah. Berulang kali Bian mengumpat di dalam mobil, pria itu juga mencoba menghubungi sang istri. Rasa takut menjalar dengan, sangat di dalam hatinya. Sungguh sangat tidak kuat saat ini, Bian akan menjelaskan semuanya Bian tidak mau lagi membuat istri nya itu salah paham, sudah cukup semua ini terjadi.     

Setelah sampai di halaman rumah, Bian langsung masuk di ruang tamu Mama Ratih dan Siska sudah menangis sembari berpelukan. Bian semakin tidak tenang, masuk ke dalam kamarnya suasana sangat sepi, dengan berani Bian membuka lemari.     

Deg     

Deg     

Deg     

Semua barang milik, istrinya itu lenyap tak tersisa kan lagi. Tubuh Bian melemas, mimpi buruk itu terjadi, Carissa pergi meninggalkan dirinya tanpa tahu sesuatu hal. Air mata Bian jatuh, pria itu menangis dengan sangat kuat berteriak tidak tentu arah.     

"Bangsat, cepat kalian cari istri saya sekarang juga. Saya tidak mau tahu," pekik Bian dengan nada kesal. Pria itu baru saja pulang ke rumah dan mendapati jika anak dan istrinya tidak ada di dalam rumah.     

Carissa dan Melody bukan hanya pergi, tapi meninggalkan rumah. Wanita itu membawa semua pakaian miliknya, mendapatkan hal itu membuat Bian menghancurkan seluruh barang yang ada di sana, pria itu tidak bisa menerima hal ini.     

"Kamu di mana Sayang," gumamnya dengan nada yang sangat rendah.     

Bian turun ke bawa menemui sang Mama, baru saja Bian mendekat sebuah tamparan di berikan oleh Mama Ratih.     

Plak!!     

Kaget itulah yang terjadi di tempat itu, sungguh semuanya terkejut dengan apa yang di lihat oleh mereka. Mama Ratih tidak pernah memukul atau pun berkata kasar wanita paruh baya itu selalu bersikap biasa biasa saja. Namun, melihat hari ini itu berarti sudah sangat kesal dan marah kepada Bian.     

"Kamu," tunjuk Mama Ratih. Wanita itu sangat syok, ketika mendengar penjelasan dari Siska dan Elang. Mereka berdua segera datang ke rumah, saat menyadari Carissa sudah tidak ada di apartemen milik Elang.     

Siska dengan beraninya mengatakan semuanya, sontak saja hal itu membuat Mama Ratih sangat terpukul. Wanita itu berharap, jika semua nya akan baik baik saja. Namun, nyata nya tidak kabut kesedihan kembali menyatu dengan keluarga.     

"Ma aku bisa jelaskan semuanya," ujar Bian.     

"Apa lagi yang mau kamu jelas kan? Menantu dan anak Mama sudha pergi, pergi dari tempat ini meninggalkan kita semua," bentaknya. Mama Ratih jatuh pingsan, hal itu membuat semuanya panik. Bian ingin membantu Mamanya namun, Siska segera melarangnya. Gadis itu menarik tangan Bian, membawa abangnya pergi ke arah dapur.     

Siska mengambil sebuah pisau diberikan kepada Bian.     

"Bunuh aku Mas. Bunuh kami semua, kenapa kamu begitu tega dengan Mbak Caca. Kenapa Mas. Kenapa, sudah banyak air mata mengalir di pipi mbak Caca Mas."     

Pisau itu terjatuh, isak tanggis Siska pecah. Gadis itu luluh lantah di lantai, menangis karena tidak sanggup dengan apa yang terjadi sekarang. Menatap sang adik, semakin membuat hati Bian berdetak sangat kencang, pria itu tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang yang jelas saat ini pikirannya kacau.     

***     

Di lain tempat, di sebuah rumah yang sangat besar di sini lah Carissa bersama Melody berada. Rumah Alan dan istrinya, pria itu sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Alan segera menjemput Carissa ketika adiknya itu memintanya.     

Alan dan Bunga tidak bertanya lebih lanjut, keduanya membiarkan Carissa untuk beristirahat dulu. Mereka berdua tahu, jika ada sesuatu hal yang sangat besar di alami oleh keduanya dan hal itu pasti sangat sulit untuk mereka.     

"Bund!" tegur Alan. Terlihat wanita paruh baya itu segera menghapus air matanya yang mengalir di pipi. Alan terdiam, pria itu tidak bisa melihat Bunda Iren menangis.     

Bunga yang baru dari dapur segera menghampiri sang suami dan Bunda Iren di sofa ruang keluarga. Ketiganya terdiam, hingga akhirnya Bunga memeluk erat sang mertua. Tangis Bunda Iren pecah, wanita itu menangis melihat nasib pernikahan Bian dan Carissa yang tak kunjung baik.     

"Bunda gak boleh gini. Kita harus kuat di depan Caca."     

"Bunda hanya takut. Takut Bian dan Carissa berpisah," ucap wanita itu.     

"Semua akan baik baik aja Bund," jawab Alan.     

Setelah cukup lebih tenang, bunda Iren segera masuk ke dalam kamarnya. Bunga tak lupa untuk, mengantar wanita yang sudah seperti ibunya sendiri. Lalu setelah itu, Bunga kembali ke ruang keluarga menghampiri suaminya yang duduk terdiam di sana.     

Tiga bulan menikah dengan Alan, membuat Bunga tahu bagaimana perasaan Alan saat ini. Terlihat jelas di raut wajah nya jika suaminya itu, sedang tidak baik baik saja.     

"Mas!!" panggilnya sembari menyentuh bahu Alan. Pria itu menatap ke arah sang istri lalu tersenyum dengan sangat indah. Bunga duduk di samping suaminya, lalu setelah itu Alan membaringkan kepalanya di pangkuan sang istri. Melihat hal itu membuat Bunga mengusap pelan kepala suaminya.     

"Semua pasti akan baik baik saja Mas. Kamu harus percaya akan hal itu," ujar Bunga.     

"Terima kasih sudah mau menerima Bunda dan Carissa mereka ada orang yang begitu berharga untuk aku. Bunda adalah orang tua yang merawat aku, sedangkan Carissa adalah adik yang begitu aku sayangi," ujarnya sembari menatap ke arah sang istri. Bunga tersenyum, wanita itu mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.     

Keduanya saling bercerita dengan apa yang akan terjadi selanjutnya Bunga selalu mendukung, suaminya itu dalam segala hal.     

###     

Hulla. Selamat membaca dan semoga kalian selalu suka. Hi hi hi, sehat terus yam love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.